Minggu, 19 Juni 2016

KEBAIKAN YANG BAIK HARUS BAIK. ‪#‎asukluruk‬


Ya Arhama rohimin.
Taqobalaloohu mina waminkum
Hari kesembilan ramadhan tahun ini, sahur seadanya dan secukupnya. Jangan kacang dan tahu crypsi eh btw crypsi atau crispy, atau cripsi. Ah entahlah. Begitu jam empat pagi, aku duduk di teras depan rumah, memangdang langit. Kubawa segelas teh hangat dan sebutir jeruk manis dingin dari kulkas. Selang menulis beberapa paragraph aku lupa bawa udud. Alamat rak udud, aduuuuh.
Kumandang kalimah toyibah di langit-langit Kajen dan Nokerto terdengar bersautan dengan alunan qiroah, tadarus dan tarkhim. Semua keras, semua jelas sehingga menjadi paduan yang khas. Mbrebeg. Masuk juga ketelingaku suara kokok jago tetangga, di kanan maupun kiri, suara jangkrik, suara tangis anak tetangga.
Kearah utara, lorong gelap dengan lampu remang yang jauhnya sekitar 25 meter. Seekor kunang-kunang terbang, kekanan dan kekiri, berbalik, kedipnya hijau muda kekuningan. Ya kunang-kunang terbang dan kadang kukira hilang saat lampunya tidak menyala lama.
Sirine dan seruan imsak datang, masih belum mampu pikiranku focus pada satu tema yang akan menjadi fokus #asukluruk.
Begini, bahwa sudah menjadi ihwal lumrah bahwa semua pedagang di televisi menawarkan sorga versi mereka. Lho…? Ya saksikan tayangan TV dari pagi hingga pagi lagi, semua produk yang ditawarkan iklan, menawarkan puluhan, ratusan bahkan sejuta kebaikan. Baik itu iklan yang disampaikan oleh bintang iklan yang mendadak baik dan religious, oleh bintang iklan yang konon adalah ustad atau ustadzah, bintang iklan yang menjadi ustadz, ustadz yang menjadi bintang iklan, atau iklan yang dibintangi oleh pejabat, ah entahlah, semua produk menawarkan kebaikan-kebaikan khas ramadhan. Dilain waktu tidak, yakin tidak.
Dijaman ini, bintang iklan bisa menjadi ustadz, ustadz menjadi bintang iklan, pejabat menjadi bintang iklan, bahkan orangnya sudah meninggalpun iklannya masih ada, terus duitnya kemana gitu….. eh entahlah.
Produk minuman dan makanan terrutama yang paling parah menawarkan kebaikan, kalau kemudian meminum itu merupakan kebaikan, berarti meminum itu dapet pahala dong, berarti juga bisa membuat kita (cara gobloknya) masuk sorga. Wow…… apakah produk-produk itu sedang menawarkan sorga, atau minimal jalan ke sorga? Wow….. edan maneh iki.
Ini, bahwa pada jaman kanjeng nabi hal seperti ini tentu belum ada, kebaikan atau berbuat baik denga membeli produk ini. Jadi hanya dengan membeli produk ini, anda akan tercatat melakukan perbuatan baik, lha bayangkan saja, andai saya punya duit, terus produk dengan sejuta kebaikan itu saya borong semua, lho saya orang baik banget……
Lha terus yang memproduksi, yang menjadi karyawan pabrik, manajemen pabrik, bahkan pemilik pabrik, komisaris pengelola perusahaan, pemilik saham, lhah….. produknya saja menawarkan kebaikan, mereka?
Baik. Apakah ada kebaikan yang baik diproduksi oleh tangan-tangan yang tidak baik? Baiklah, maka kemudian kebaikan bisa dikatakan baik jika semua yang mejadi titik tolak awal adanya kebaikan adalah hal baik. Mumet?
Baiknya begini, jika betul itu produk membawa kebaikan, maka kebaikan itu dilakukan oleh orang baik, diproduksi oleh tangan-tangan baik, dilakukan dengan cara yang baik, dimodali dengan modal yang baik, dan dimiliki oleh orang yang baik, baiknya begitu agar bisa dikatakan baik. Iki jelas kakehan baik. Baik.
Sebab tidak mungkin barang baik bisa dikaakan baik jika disampaikan oleh orang tidak baik, misalnya produk ini baik dan membawa kebaikan dan ternyata yang menyampaikan adalah orang yang dibayar untuk acting baik. Ini tidak baik, dan seterusnya.
Ah ramadhan bulan baik, harus orang baik yang megatakannya, agar kita bisa percaya. Jangan percaya saya karena saya bukan orang baik. Saya akan baik jika anda percaya bahwa saya orang baik. Sebaiknya begitu. BAIK.
Kendal 15 Juni 2016.

Tidak ada komentar: